Tradisi 'Meugang' di Aceh
Meugang adalah tradisi
memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu oleh
masyarakat Aceh,Indonesia. Meugang
atau Makmeugang adalah tradisi menyembelih kurban berupa kambing atau sapi dan dilaksanakan
setahun tiga kali, yakni Ramadhan, Idul Adha,
dan Idul Fitri. Sapi
dan kambing yang disembelih berjumlah ratusan. Selain kambing dan sapi,
masyarakat Aceh juga menyembelih ayam dan bebek. Tradisi
Meugang di desa biasanya berlangsung satu hari sebelum bulan Ramadhan atau hari
raya, sedangkan di kota berlangsung dua hari sebelum Ramdhan atau hari raya. Biasanya
masyarakat memasak daging di rumah, setelah itu membawanya ke mesjid untuk
makan bersama tetangga dan warga yang lain.
Tradisi Meugang sudah dilaksanakn
sejak ratusan tahun yang lalu di Aceh. Meugang dimulai sejak masa Kerajaan Aceh. Kala
itu (1607-1636 Masehi), Sultan Iskandar Muda memotong hewan
dalam jumlah banyak dan dagingnya dibagikan secara gratis kepada seluruh
rakyatnya. Hal ini dilakukan sebagai rasa syukur atas kemakmuran rakyatnya
dan rasa terima kasih kepada rakyatnya. Setelah Kerajaan Aceh ditaklukan
olehBelanda pada
tahun 1873,
tradisi ini tidak lagi dilaksanakan oleh raja. Namun, karena hal ini telah
mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh, maka Meugang tetap dilaksanakan
hingga saat ini dalam kondisi apapun. Tradisi Meugang juga dimanfaatkan
oleh pahalawan Aceh dalam bergerilya, yakni daging sapi dan kambing diawetkan
untuk perbekalan.
Setiap perayaan Meugang, seluruh
keluarga atau rumah tangga memasak daging dan disantap oleh seisi rumah. Pantang
jika keluarga tidak memasak daging pada hari Meugang. Meugang memiliki
nilai religius karena dilakukan di hari-hari suci umat Islam. Masyarakat
Aceh percaya bahwa nafkah yang dicari selama 11 bulan wajib disyukuri dalam
bentuk tradisi Meugang.
Komentar
Posting Komentar