Kisah Kejujuran Penyelamat Jiwa Raga: Syaikh Abdul Qadir Jaelani
sumber gambar |
Kisah
ini berawal ketika Syaikh Abdul Qadir Jaelani masih muda, ketika itu
beliau sedang menggembalakan unta di gurun dan atas kekuasaan Allah, unta yang
sedang di gembalakannya bicara kepada beliau, "Hai Abdul Qadir, engkau di
ciptakan Allah bukan untuk menjadi seorang penggembala" dan Abdul Qadir
Jaelani pun merasa heran dengan kejadian itu lalu dia pun memberitahukan kepada
ibunya kejadian yang dialaminya itu.
Singkatnya,
Abdul Qadir Jaelani meminta ijin kepada ibunya untuk menuntut ilmu
agama ke Bagdad. Mendengar niat anaknya, ibunya pun merasa senang
dan mengijinkannya untuk menimba ilmu agama kepada ulama-ulama besar di Bagdad.
Ibunya pun berpesan pada anaknya, "Wahai Abdul Qadir, ibu meminta kepada
kamu untuk berlaku jujur dalam tindakan dan ucapan selama kamu menimba ilmu
disana, dan ibu memberikan bekal kepada kamu warisan dari ayahmu uang sebanyak 200
dinar untuk bekal kamu selama kamu disana. Apabila nanti ada rombongan
pengusaha yang akan pergi kesana, alangkah baiknya kamu ikut rombongan itu.”
Abdul
Qadir pun pergi dengan ridha ibunya. Ditengah perjalanan ada sekelompok
gerombolan perampok yang menghadang rombongan Syaikh Abdul Qadir dan para
pengusaha. Kelompok gerombolan ini terkenal bengis dan sadis. Satu persatu
harta yang dibawa para rombongan pun dirampas. Pada saat perampok mendekati
Abdul Qadir, ia pun bertanya kepada Abdul Qadir, "Hai anak muda, harta apa
yang kamu miliki?” Abdul Qadir pun menjawab, “Aku punya uang 200 dinar, yang kusimpan
di bawah ketiak”. Anehnya, orang yang bertanya tadi malah tertawa dan tidak
percaya.
Beliau
pun di suruh pergi, dan bertemu lagi dengan anggota perampok yang lain. Ia
ditanya lagi seperti pertanyaan tadi, dan orang ini pun tidak mempercayainya.
Pada akhirnya, kepala perampoknya mendengar bahwa ada anak muda yang mengaku
memiliki harta 200 dinar tapi tidak ada yang percaya. Disuruhlah Abdul Qadir
untuk menghadap kepada kepala perampok tersebut. Kepala rampok tadi menanyakan
pertanyaan sama dengan anak buahnya, Abdul Qadir menjawab dengan jawaban yang
sama dan membuktikan bahwa dia memang memiliki uang 200 dinar.
Ketika
melihat kebenaran dan kejujuran dengan anak muda ini (Syaikh Abdul Qadir
Jaelani), para perampok kaget dan tercengang. Dia pun bertanya
kepada beliau, “Mengapa engkau mau berkata jujur? Padahal dalam situasi serba
susah begini?” Abdul Qadir menjawab "saya tidak ingin melanggar janji saya
pada ibu saya dan saya tidak ingin membuat ibu saya merasa kecewa". Kepala
rampok tersebut menanyakan kembali “Memang kamu telah berjanji apa pada ibu
kamu? Padahal ibumu tidak akan mengetahuinya.” Lalu Abdul qQdir menjawab
"Ibu saya mewasiatkan kepada saya untuk berlaku jujur dalam bertingkah
laku dan berbicara walau dalam keadaan apapun".
Sejenak
kepala rampok itu tertegun dengan jawaban Abdul Qadir itu, ia lalu berkata
“Sungguh engkau sangat berbakti pada ibumu, dan engkau pun bukan orang
sembarangan.” Kemudian kepala perampok itu menyerahkan kembali uang
itu pada Abdul Qadir dan melepaskannya pergi.
Karena ketauladan dan kejujurannya, kepala
perampok pun bertaubat di hadapan Syaikh Abdul Qadir. Ia berjanji
tidak akan melakukan perbuatan yang di larang Allah dan merugikan banyak orang.
Dan hasil rampokannya pun dikembalikan kepada pemiliknya. Konon, sejak
saat itu sang perampok menjadi insyaf dan membubarkan gerombolannya. sumber
@hendraahong
Komentar
Posting Komentar