Kejujuran: Hal yang Sudah Mulai Sulit Didapati
sumber |
Pada suatu hari tepatnya tanggal 4 April 2015, saat datang waktu dzuhur, saya dan dosen saya yang sedang dalam perjalanan memutuskan untuk singgah ke sebuah mesjid di daerah Banda Aceh. Selepas shalat, saat saya sedang memakai sepatu, saya melihat ada seorang bapak-bapak hanya mengenakan sebuah sendal, yaitu sebelah kanan saja, berjalan mengelilingi mesjid untuk mencari sendal sebelah kirinya yang hilang, kebetulan Bapak itu dalam kondisi kurang sehat, kakinya agak sedikit ada masalah, sehingga beliau tidak berjalan dengan baik lagi. Karena iba, saya mencoba membantu untuk mencari sendal tersebut, sekalian saya mau melihat, apakah bapak tersebut mau menukarkan sendalnya yang hilang itu dengan sendal lainnya yang masih lengkap, karena jika tidak pasti beliau pulang hanya dengan satu sendal, dan kondisi cuaca sangat terik di hari itu. Pastinya kaki beliau akan terasa terbakar.
sumber gambar |
Sebelum saya menyerahkan sandal tersebut kepada Bapak itu, terlebih dahulu saya datangi Bapak itu dan bertanya, "Sandalnya hilang sebelah ya Pak?". Dia menjawab,"Iya". Sebelum saya memberikan sendal yang ada di tangan kanan saya, saya terlebih dahulu, menyembunyikannya di belakang badan. Dan bertanya kepada bapak itu sambil menunjuk sendal orang lain,"Bukan ini sendal Bapak?(Sambil menunjuk sendal swallow orang yang masih lengkap)". Dia menjawab,"Bukan dek, bukan punya saya(sambil terus mencari)." Luar biasa, di tengah kesusahan di hari yang begitu terik, dia tetap pada kejujurannya, bahwa dia tidak mau mengambil yang bukan miliknya. Mungkin apabila saya tidak menemukan sendal pengganti untuknya dia akan tetap pulang dengan sebelah sendal yang ada di kaki kanannya. Akhirnya saya menyerahkan sendal yang saya ambil dari puing-puing tersebut kepada Bapak itu. Saya bilang, Pak ini tadi saya dapat sendal di puing-puing rumah sebelah mesjid. Walaupun beda ukuran, mungkin bisa Bapak pakai sampai rumah, jadi gak panas kaki Bapak." Beliau menjawab,"Terima kasih dek"(dengan wajah tersenyum). Kemudian saya kembali ke tempat saya duduk tadi untuk menunggu dosen saya yang masih shalat rawatib.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sifat dan sikap Bapak tadi itu. Di tengah kesusahan dia tetap berusaha sekuat tenaga mencari apa yang menjadi miliknya, meskipun sudah beberapa kali keliling mesjid. Sikap pantang menyerah tersebut yang saat ini kurang kita miliki, saya pun begitu, baru sekali gagal, sudah menyerah tidak mau mencoba lagi. Selain itu sikap jujur, yaitu tidak mau mengambil yang bukan miliknya walaupun berada dalam kekusahan patut kita teladani. Saat ini, karena merasa kesulitan ekonomi, hal yang bukan hak kita pun kita ambil. Prinsip-prinsip kejujuran sekarang terasa sangat mahal. Semoga cerita ini dapat menginspirasi kita semua agar dapat menjadi insan yang lebih baik kedepannya.
@hendraahong
Komentar
Posting Komentar