Dimanakah kebebasan untuk memilih, jika semua sudah dituliskan-Nya?
Sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVtjgubrwsU-8b9fE0kPi-pEeO4S_4MHAcu_tTHVuff2NkLUE4hZzSBuAg6_pNMYjP3Gz0RVth8opFXK1ol3l3kE60GKrlPB44GhI6882cfLeQ-gV7zIrQlRrAU7Bb4BifC7h-jIixLFny/s1600/destiny.jpg
Pertanyaan seperti ini tidak hanya ditanyakan oleh non-muslim, kaum muslim pun sering menanyakan tentang hal ini. Hal ini berkenaan dengan qadar, hal ini sudah dijelaskan dalam takdir. Jadi jika sudah ditulis dalam takdir kita bahwa kita akan mencuri, dan kita melakukannya, siapa yang salah? Kita menyalahkan Allah? Jika sudah ditulis dalam takdir bahwa kita akan membunuh, dan kita melakukannya, siapa yang salah? Kita menyalahkan Allah? Jadi manakah kehendak bebas kita? Jadi jika inimerupakan kehendak Allah dan sudah dituluskan dalam takdir, maka dimana kehendak bebasnya?
Jawaban atas pertanyaan ini adalah merupakan kewajiban bagi seorang muslim untuk beriman kepada qadar, tapi kita harus mengerti apa makna dari takdir. Misalnya: Jika dalam sebuah kelas, ada seratus murid. Dan ketika sang guru mengajar di kelas itu. Di akhir tahun, sebelum ujian dimulai, si guru memprediksikan bahwa murid yang ini akan lulus dengan peringkat pertama. Sedangkan murid yang ini akan lulus dengan peringkat menengah. Murid yang ini akan gagal. Guru itu memprediksi. kenapa? Karena dia tahu bahwa murid yang ini sangat tekun, selalu mengerjakan PR, ikut tes. Kalau murid yang biasa-biasa ini akan mendapatkan peringkat menengah. Murid yang itu, dia sering menonton bioskop, tidak mengerjakan PR, sering bolos. Sang guru sudah memprediksikan bahwa murid itu akan gagal. Dan setelah ujiannya dilaksanakan, setelah hasilnya keluar, murid yang ini dapat peringkat pertama, murid yang ini dapat peringkat menengah, dan murid itu yang gagal.
Sumber gambar: http://sd.keepcalm-o-matic.co.uk/i/keep-calm-and-believe-in-qada-qadar.png
Saya bertanya kepada saudara-saudari sekalian: Bisakan murid yang telah gagal itu menyalahkan gurunya, "Karena kau telah memprediksi bahwa aku akan gagal, maka aku jadi gagal". Siapa yang salah? Murid atau gurunya? Muridnya kan yang salah. Guru memprediksi. Siapa yang salah? Murid itu. Dia tidak belajar, tidak mengerjakan PR, sering menonton bioskop. Begitu juga Allah Swt. telah memberikan kehendak bebas kepada manusia. Allah telah memberitahu kita apa yang benar dan salah, tapi pilihannya ada ditangan kita. Sebagai contoh: Jika kita berhenti di persimpangan jalan, ada empat jalan, yaitu A,B,C, dan D. Kita bisa memilih yang manapun. Kita memilih jalan C. Jadi Allah telah mengetahui sebelumnya bahwa ketika kita berhenti di persimpangan jalan, kita akan memilih jalan C. Jadi Allah pun menulis, "Ketika si Fulan berhenti di persimpangan jalan, dia akan memilih jalan C". Jadi ini bukan karena Allah menuliskan dan kita memilih hal itu, melainkan karena kita AKAN memilihnya maka Allah pun sudah menuliskannya. Ini bukan karena Allah menulis kita akan memilih jalan C, melainkan hal ini karena kita AKAN memilih jalan C. Allah itu Maha Mengetahui, Dia punya pengetahuan tentang masa depan. Dia telah menuliskannya lebih dahulu.
Setelah kita memilih jalan C, kita berhenti di persimpangan lainnya. Sebagaimana setelah kita lulus kuliah, kita bisa menjadi engineer, kita bisa menjadi dokter, kita bisa menjadi pebisnis. Kita memilih jadi pebisnis. Pilihannya ada ditangan kita. Tapi Allah sudah mengetahui bahwa setelah kita lulus kuliah, maka kita akan memilih jadi pebisnis. Hal ini bukan karena Allah menuliskannya, sehingga kita menjadi pebisnis, melainkan karena kita INGIN menjadi pebisnis, maka Allah pun sudah menuliskannya. Dan apa yang kita mengerti dari sini, bahwa jika Allah mau, Dia sebenarnya bisa mengubahnya.
Misalnya, jika kita berada dalam sebuah kelas, dalam ujian matematika. Sang guru memberikan pertanyaan,"2 ditambah 2 sama dengan berapa?" Dan seiring dia mengawasi para muridnya, muridnya menulis 2+2=5. Sang guru tidak akan mengoreksinya karena ini adalah ujian. Karena jika sang guru mengoreksinya, maka kita akan berkata bahwa sang guru tidak adil. Misal sang guru berkata, "Jangan menulis 5, tulislah 4." maka murid-murid lainnya akan protes, "kenapa kau ikut campur saat sedang ujian?". Jadi, jika Allah mau, Dia bisa saja mengubahnya. Tapi karena dia memberikan kita kehendak bebas, Dia membiarkan kita memilih keputusan kita.
Jadi kehidupan ini adalah ujian untuk akhirat. Seperti Allah firmankan dalam Surah Al-Mulk: 2, "Allah menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu, siapa yang diantara kamu paling baik amalnya." Jadi kehidupan ini adalah ujian untuk akhirat. Allah memberikan kita dan menunjukkan aturannya kepada kita, apa yang baik dan apa yang buruk. Kemudian Dia memberi kita kehendak bebas. Ini merupakan pilihan kita. Allah tidak ikut campur dalam kehendak bebasmu, meskipun Dia bisa jika Dia mau. Allah berfirman, "Bahkan tidak sehelai daun pun bisa jatuh kecuali atas izin Allah." (QS. Al-An'aam: 59). Jadi apapun yang terjadi, hal itu karena kehendak Allah, tapi pilihannya ada di tangan kita. Dan berdasarkan hal itu, kita akan diberikan pahala atau di hukum. Semoga ini dapat menjawab pertanyaan diatas. (diadaptasi dari jawaban Dr. Zakir Naik)
@hendraahong
Jadi kehidupan ini adalah ujian untuk akhirat. Seperti Allah firmankan dalam Surah Al-Mulk: 2, "Allah menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu, siapa yang diantara kamu paling baik amalnya." Jadi kehidupan ini adalah ujian untuk akhirat. Allah memberikan kita dan menunjukkan aturannya kepada kita, apa yang baik dan apa yang buruk. Kemudian Dia memberi kita kehendak bebas. Ini merupakan pilihan kita. Allah tidak ikut campur dalam kehendak bebasmu, meskipun Dia bisa jika Dia mau. Allah berfirman, "Bahkan tidak sehelai daun pun bisa jatuh kecuali atas izin Allah." (QS. Al-An'aam: 59). Jadi apapun yang terjadi, hal itu karena kehendak Allah, tapi pilihannya ada di tangan kita. Dan berdasarkan hal itu, kita akan diberikan pahala atau di hukum. Semoga ini dapat menjawab pertanyaan diatas. (diadaptasi dari jawaban Dr. Zakir Naik)
@hendraahong
Komentar
Posting Komentar