Sudahkah kita "bersyukur" hari ini?
Alhamdulillah, hari ini kita masih diberikan Allah kesempatan untuk hidup dan melakukan aktifitas seperti biasanya karena tidak semua orang bisa merasakan hal seperti itu, ada yang hari ini adalah hari terakhirnya di dunia, ada yang hari ini dalam kondisi sakit parah, ada lain sebagainya.
Lalu mengapa kita harus tetap bersyukur walaupun hari ini masih dalam kekurangan atau masih hidup susah? Kerena walaupun kita berada dalam kondisi hidup yang susah tetapi kita masih diberikan kesehatan badan (berapa banyak saudara-saudara kita yang hari ini sedang sakit?), kita masih diberikan keamanan negara (berapa banyak saudara-saudara kita yang dalam keadaan berperang hari ini?), kita masih memiliki makanan untuk dimakan (berapa banyak saudara-saudara kita yang kelaparan karena tidak bisa membeli makanan hari ini?), kita masih bisa menghirup udara dengan gratis (berapa banyak saudara-saudara kita yang harus dibantu dengan tabung oksigen pernapasannya dan harus membayar mahal untuk itu). "Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya." (QS. Ibrahim: 34).
Terkadang kita menganggap berjalan dengan kedua kaki merupakan hal yang sepele, sedang kaki akan menjadi bengkak bila digunakan berjalan tiada henti. Terkadang kita mengira berdiri tegak di atas kedua betis itu suatu yang mudah sedangkan keduanya bisa saja tidak kuat atau suatu ketika patah. Mari kita pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaranyang dengannya Allah menjauhkan kita dari ketulian. Mari kita renungkan dan raba kembali mata kita yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit kita yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan mari kita renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak kita yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan. "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman: 13).
Maukah kita menukarkan mata kita dengan emas sebesar gunung Uhud atau menjual pendengaran kita seharga perak satu bukit? Apakah kita mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah kita, hingga kita bisu? Maukah kita menukar kedua tangan kita dengan untaian mutiara, sementara tangan kita buntung?
Kita seringkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga kita lupa mensyukuri apa yang sudah ada. Jiwa kita mudah terguncang hanya karena kerugian materi. Padahal, sesungguhnya kita masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagiaan, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Mari kita pikirkan semua itu dan kemudian syukurilah. Di dunia ini kita mencari kesuksesan untuk bekal kita di akhirat nanti, oleh karena itu kita harus tetap memegang prinsip sukses untuk menyukseskan dan semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang mengingkari nikmat Allah. (diadaptasi dari novel La Tahzan)
@hendraahong
Komentar
Posting Komentar