Kuliah atau Kuli-ah?

Siswa SMA membayangkan kuliah merupakan masa yang indah, penuh kebebasan, lebih gaul, lebih santai. Tapi setelah terjun ke dunia perkuliahan, mereka kecewa karena kuliah itu tidak seenak di FTV. Mulai dari banyak tugas, mata kuliah yang sulit dimengerti, sampai masalah keuangan yang sulit di manage. Mereka yang dulunya saat pulang sekolah dapat langsung menikmati makan siang yang sudah disiapkan orang tua, tetapi saat ini keadaan harus berubah 360 derajat. Mau makan harus masak dulu atau beli dulu, terlalu sering makan di luar, bisa-bisa uang bulanan habis sebelum tanggalnya. Belum lagi masalah bangun pagi. Yang dulunya selalu dibangunkan orang tua, sekarang harus bangun sendiri. Bisa-bisa telat kalau kuliah pagi.

Problem awal yang biasanya dihadapi mahasiswa baru adalah informasi. Saat SMA semua pengumuman pasti akan di infokan oleh pihak sekolah, tetapi saat di bangku kuliah, semua informasi harus kita cari sendiri. Tak jarang banyak mahasiswa yang lost informasi, yang akibatnya bisa mengganggu proses perkuliahan. Seperti saat pendaftaran ulang, pengarahan  KRS, pembayaran SPP, dan sebagainya.

Semester satu dimulai dengan serangkaian program perkenalan (ospek), mulai dari tingkat universitas, fakultas, jurusan, dan organisasi kampus lainnya. Disinilah tonggak awal mahasiswa ingin Kuliah atau Kuli-ah. Sebagian mahasiswa mengikuti kegiatan ospek hanya untuk formalitas saja, ada pula yang mengikuti ospek dengan khidmat dan penuh penghayatan sehingga jiwa dan raganya ikut terhanyut dalam kegiatan ospek tersebut. Biasanya mahasiswa jenis ini akan tampil lebih aktif selama kegiatan ospek dan segera bergabung ke oranisasi kampus tersebut.

Terus apa bedanya Kuliah dengan Kuli-ah? Menurut saya (kalau saudara tidak setuju, boleh sedelapan atau sesembilan kok) bedanya adalah Kuliah merupakan segera mengimplementasikan hal yang dipelajari kedalam suatu tindakan nyata, sarananya bisa dimulai dari diri sendiri, dalam orgaisasi, keluarga, masyarakat. Sebagai contoh ketika kita kuliah di jurusan FKIP Bahasa Inggris, ketika kita sedang kuliah (misal semester 1 atau 2) kita bisa mulai mencoba untuk melamar menjadi mentor di suatu bimbingan belajar, apabila belum beruntung kita bisa coba untuk mengajarkan anak-anak sekitar rumah atau kos bahasa inggris, hal tersebut bisa mengasah kemampuan mangajar kita dan hal positif tersebut akan mendatangkan kebaikan untuk kita, walaupun tidak sekarang kita rasakan, begitu juga jurusan lainnya, seiring berjalannya waktu kita pasti akan mendapatkan ide-ide kreatif. Begitu pun dengan bergabungnya kita ke organisasi mahasiswa, hal tersebut dapat menambah pengalaman baik untuk mahasiswa yang ingin bekerja setelah lulus kuliah ataupun yang ingin menjadi wirausaha. Di organisasi kita diajarkan teamwork, leadership, public speaking, decision maker, dan lain sebagainya yang kurang kita dapati di kelas saat kuliah. Organisasi juga dapat dijadikan ajang tukar pikiran di bidang akademik, sehingga kita terlalu stres untuk menyelesaikan masalah PR yang tidak sanggup kita kerjakan.  

Sadangkan mahasiswa yang Kuli-ah adalah mahasiswa yang dijadikan kuli (Pekerja kasar yang menggunakan tenaga dalam mengerjakan tugas yang biasanya berat) oleh matakuliah yang diambilnya. Datang tepat waktu, catatan lengkap, semua tugas dikerjakan, pada saat menjelang ujian biasa banyak didekati oeh mahasiswa lainnya untuk memfotokopi catatannya. Mereka menganggap belajar dikelas saat kuliah merupakan satu-satunya sumber ilmu. Tidak berinteraksi dengan teman-teman diluar teman sekelasnya, padahal kehidupan selesai kuliah tidak semudah yang dibayangkan. Biasanya mahasiswa tipe ini sering 'gagap' dalam menghadapi persoalan nyata di tengah masyarakat, sedangkan mahasiswa mempunyai tanggung jawab soasial bagi masyarakat. Parahnya, mahasiwa tipe ini biassanya tidak mau bekerja bila tidak sesuai dengan bidang ilmunya. Lebih memilih menganggur daripada harus menahan malu bekerja yang bukan bidang ilmunya.

Menurut survey National Association of Collegs and Employers (NACE) pada tahun 2002 di USA dari hasil jajak pendapat pada 457 pengusaha, bahwa IPK hanyalah nomor 17 dari 20 kualitas yang dianggap penting dari seorang lulusan PT. Kualitas yang menduduki peringkat atas adalah kemampuan soft skill. Pun disebutkan dalam buku The Millionaire Mind karya Thomas stanley, disebutkan dari hasil jajak pendapat melibatkan 733 multimillionaire. Menyimpulkan faktor utama kesuksesan adalah jujur, bergaul dengan baik, disiplin, memiliki pasangan yang mendukung, dan giat bekerja.


Sekarang pilihan berada di tangan saudara sekalian, ingin menjadi mahasiswa yang Kuliah (lebih sibuk, lebih capek, lebih banyak tantangan karena harus memikirkan dan mengerjakan hal lain di luar perkuliahan) atau menjadi mahasiswa yang Kuli-ah (lebih santai, lebih tenang). bagi yang sudah alumni (baik mahasiswa aktivis maupun mahasiswa yang hanya fokus pada pelajaran), silahkan tinggalkan komentar saudara-saudari agar dapat menjadi pelajaran bagi pembaca sekalian. Karena kita sukses untuk menyukseskan.

@hendraahong


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebahagiaan Terbesar Orang Tua adalah Anaknya yang Menjadi Imam Shalat Jenazahnya

Wanita Tidak Selalu Benar - Pria Pun Ingin Dimengerti

Kalau mau cari suami yang hebat, cari di mesjid pada waktu subuh